Sabtu, 13 Agustus 2016

One Shot - Cerpen.


Je T'aime

by Kimkaalifia




"Ayo kejar kalo bisa.. Wleee.. Hahahhahahahha..."
"Jeason berhentiii!!!" Suara cempreng menggema diruang keluarga sebuah mansion.
Mansion yang bergaya minimalis dengan nuansa putih gading. Tak banyak perabotan, ditata dengan rapi. Sunyi seandainya jika 2 pasang anak yang sedang berlarian mengitari mansion tak membuat kegaduhan. Karena semua penghuni sibuk ditaman belakang sedang bercakap-cakap ria.
"Jeason berhenti kubilang!" Gadis kecil itu mempercepat larinya kearah anak laki-laki yang sedang dikejarnya.
"Tidak. Kau harus berlari lebih cepat untuk dapat mengejarku."
"Awas saja jika kau.. Ah.."
Gluduk (anggap suara orang jatuh)
"Atau! Sakiiiittt.. Huaaaa.. Jeason nakal." Mendengar teriakan kesakitan dari sang gadis dengan tergesa Jeason menghampiri gadis kecil itu.
"Dena kau tidak apa-apa?"
"Kau tidak lihat?! Ini lututku memar. Sakit tau!"
Para orang tua -Ayah Ibu Adena, Dad Mom Jeason- yang sedang bercakap ria berhenti dan dengan sepontan menghampiri anak-anak mereka karena yang bukan lagi mendengar teriakkan gembira namun teriakan kesakitan dari gadis kecilmereka.
"Princess ayah kenapa?"
"Aku jatuh, yah. Gara-gara Jeason nakal, yah. Masa jepitan rambut aku ditarik paksa uda gitu dibawa lari, katanya mau dibuang, yah. Huhuhuhu.." Adu gadis yang kerap dipanggil Dena.
"Oh gitu, nanti ayah bakal sunat tuh Jeason ampek abis burungnya."
Gadis itu hanya mengangguk sambil meredakan sesunggukannya.
"Yuk berdiri, nanti Ibu akan mengobati lukamu, princess." Kata Ibu Adena sambil meembungkuk dan menggendong Princess kecil mereka.
***
"Dena... Adena Sayang.." Kata Jeason yang sedang menyenggol pundak Adena dan sedang membujuknya karena sedang marah.
"Iyuh apaan panggil sayang-sayang emang gue pacar lo!"
"Wiiihh sangar cuy. Terus gue harus lakuin apa biar lo ngga marah?"
"Pikir aja sendiri sana." Membalikkan badannya dan berjalan kearah kelas.
"Yah ko gitu, kan gue ngga tau."
"Elo uda temenan ma gue brapa lama sih, Jeason. Harusnya lo tau." Adena mempercepat langkahnya. "Uda gue mau masuk kelas dulu, bye!" Masih memasang muka yang ketus.
"Huft susah emang ngomong ma perempuan yang baru PMS." Balas Jeason yang langsung berbalik meninggalkan Adena dan menuju kekantin karena dia sedang tak ada kelas untuk saat ini.
Ya sekarang Adena si Princess keluarga Milos tumbuh besar dengan paras cantik tubuh tinggi semampai rambut lurus sedikit coklat alami karena keturunan dan kulit kuning langsat yang hampir mendekati putih sedang berjalan menuju tempat duduk dikelasnya yang akan dimulai beberapa menit lagi.
Mengambil jurusan Dokter Specialis Anastesi meneteng segabrek bukunya tak lupa tas yang juga berisi segala buku yang berkaitan dengan anatomi. Mencoba mencari tempat duduk yang strategis untuknya. Mendengarkan arahan dari sang dosen yang sedang menjelaskan dengan khusyuk.
***
Tak kalah menawannya, yang dulu hanya anak laki-laki yang usil dengan gigi susu yang belum seluruhnya terganti bahkan ada gigi yang masih bolong sekarang tumbuh menjadi pemuda yang gagah dengan garis rahang yang tegas dan kulit kecoklatan yang menurut beberapa mahasiswi dikampusnya termasuk kedalam kategori warna kulit yang seksi, sedang berjalan kekantin dengan segala pemikirannya agar sang Princess tak marah lagi kepadanya.
"Dena gue kasih apa yah biar ngga marah lagi? Ah.. Gue punya ide." sambil menunjukan cengiran mukanya yang seakan menemukan hartakarun dibelahan bumi yang tak terduga.
Berjalan memesan minuman sambil menyusun rencana apa saja yang akan dia buat untuk menyenangkan si Princessnya.
***
Jeason menghampiri Adena yang sedang membaca buku anatominya, sambil membawa beberapa es krim yang full krim, entah kenapa si Adena tidak eneg karena banyak krim dan toping.
"Dena cantik, lagi apa?"
"Ngupil."
"Ah serius nih yang jawab."
"Ya menurut lo gue lagi ngapain?"
"Baca buku."
"Nah, itu ngerti kenapa harus nanya, bikin konsentrasi buyar deh. Uda jauh-jauh sana gue kan masih marah ma elo."
Adena kembali larut dalam bacaan yang sedang dibacanya. Dengan gerakan yang seakan dislow motion Jeason mengarahkan satu sendok penuh es krim -dari salah satu cup es krim yang dibawanya- kemulutnya. Adena yang sedang membaca bukunya melirik dengan ujung matanya langsung menelan ludah susah payah.
"Jeason, gue maafin semua kesalahan lo, tapi bagi es krimnya dong." Memohon dengan mata yang berbinar.
Nah, luluh kan. Batin Jeason bersorak. Memberikan 2 cup es krim yang ia bawa ke Adena.
"Kemarilah es krim.. Aku tak sabar ingin memakan mu." kata Adena yang langsung melahap es krimnya dengan rakus.
"Adena gue mau curhat nih, lo mau dengerin ngga?" Adena yang sedang memakan es krim hanya mengangguk, masih melanjutkan memakan es krimnya dengan segala dumelannya yang ngga jelas.
"Gue suka seseorang, sefakultas sih ma elo. Orangnya cantik, ma elo mah ngga ada apa-apanya."
"Ehem.. Yayaya."
"Gue mau nembak dia nih, tapi lo bantuin gue nyiapin beberapa barang, oke?"
"Yayayayaya..."
"Ya ampun perempuan yang baik." Jeason berkata sambil mengacak-acak rambut Adena yang diacak ramputnya pun perasa tak keberatan hanya mengangguk-anggukan kepala seperti anak anjing yang sedang dielus majikannya.
"Terus rencana lo, lo mau ngasih kejutan apa?"
"Ngga muluk-muluk amat sih, paling juga gue mau kasih dia sebuket bunga, disebuah taman sama dinyanyiin lagu."
"Ya ampun mainstream banget.. Yang lain gitu ah."
"Ngga, gue pernah nyari informasi sih kalo dia sukannya ditembak kaya gitu."
"Yayayaya.. Terus gue harus bantuin lo ngapain aja?"
"Elo harus beliin bunga yang sekiranya cewek-cewek suka, uda gitu lo nyari tempatnya dimana."
"Enakan di elo yang ngga ngapa-ngapain." Perotes Adena.
"Ngga juga, gue masih ngurusin apa-apa nih. Elo mah cuma 2 doang. Uda gitu gue sibuk, bentar lagi gue tuh mau residen."
FYI, Jeason mengambil jurusan yang berbeda, ya sebagian orang akan berpikir bahwa mereka memilih fakultas yang sama, yaitu kedokteran. Namun kenyataannya mereka beda specialis. Jika Adena memilih Specialis Anastesi, sedang Jeason memilih mengambil Specialis Bedah Jantung.
"Yayayaya.."
***
Hari H.
Jeason meletakkan gitarnya dan berjalan kearah Anindya -cewe yg Jeason suka- ketika sampai didepan Anin Jeason berlutut dengan sebuket bunga mawar.
"Anindya Putri Aileen, be my girl?"
Hening untuk sesaat, tampak raut wajah shock dari Anin yang saat itu dengan reflek menutup mulutnya.
"Emm.. Jeason, maaf.." Anin berbicara dengan susah payah.
"Maaf, gue uda punya tunangan."
Jeder!!!
Bagai tersambar petir, Jeason hanya mematung ditempat. Masih memegang sebuket bunga. Suara remukan hati Jeason menggema dikepalanya. Dengan berat hati Jeason berdiri dan berkata, "Sorry gue nggatau. Tapi gue cuma pengen lo tau kalo gue suka ma elo. Semoga langgeng ma tunangan lo, gue akan berusaha ngerelain lo. Pulang mau gue anterin?"
"Ngga usah, Jeason maaf." Dengan perasaan yang tak enak kepada Jeason akhirnya Anin berjalan meninggalkan taman.
Suara tawa samar-samar terdengar dari balik pohon. Ternyata Jeason tak sendiri dalam menjalankan aksinya ada Adena yang menemaninya, yang bertugas mendokumentasi semua kejadian tadi.
"Adena sini deh,"
"Ngga usa ketawa, orang sahabatnya menderita abis patah hati kenapa diketawain!"
"Abis muka lo gokil abis, sumpaaaahhh.. Hahahahaha."
Jeason menghampiri Adena dan menjitak kepala Adena dengan lumayan keras menimbulkan bunyi 'Tak!!' lumayan keras.
"Wadau!! Sialan! Sakit nih." Tidak terima dengan perlakuan Jeason, Adenapun membalasnya. Terjadilah aksi jitak menjitak, yang diakhiri dengan saling kejar-kejaran dan tertawa bersama. Jeason sedikit melupakan rasa sakitnya yang baru saja dipatahkan hatinya.
"Udah ah, gue mau pulang." Kata Adena mengintrupsi tawa mereka yang sedikit-sedikit mereda.
Jeason tidak membalas hanya mengekori Adena berjalan kearah mobil mereka yang terparkir tak jauh dari taman.
***
Suasana mobil yang hening mendorong Adena agar bersuara, karena ia idak betah dengan keadaan yang hening. Adena mengamati Jeason yang sedang fokus menyetir disampingnya.
"Jeason, gue mau ngomong serius sama lo."
"Ya ekspresinya biasa aja." Kata Jeason yang cengengesan walau matanya masih terfokus pada jalanan.
"Ya elah elo mah diajak serius ngga mau!"
"Iya deh.. Mau ngomong apa?"
"Sebenernya gue suka ma elo. Uda lama."
Hening.
Jeason menghela nafas dengan berat.
"Sayangnya gue uda tau."
Adena mengangkat satu alisnya. Jeason melanjutkan kata-katanya, "Gue pernah baca diary lo waktu itu pas SMA. Hihi." Jeason menyengir kuda.
"Sialan! Elo baca Diary gue!"
"Ehem.." Jeason menganggukan kepalanya, "Semuanya malah, sampe sekarang aja gue masih baca." Dengan santainya Jeason berkata.
"Oh shit! Kan diary gue, gue kunci!"
"Dan sayangnya gue tau kunci lo dimana. Hahahhaha." Adena memukul pundak Jeason membabi buta, tak jarang kepalanya juga. Jeason menepikan mobilnya karena terlalu beresiko disaat dia disiksa dengan Adena masih melanjutkan menyetir.
"Aduh duh... Duh.. Dena! Sakit!"
"Biarin siapa suruh baca diary orang kan itu prvacy gue!" Adena masih memukuli Jeason.
Jeason mengentikan pukulan Adena dengan memegangi tangannya. Muka Jeason tiba-tiba berubah degan serius, "Tapi gue berusaha suka ko ma elo, jadi tenang aja." Terlalu terkejut dengan perkataan Jeason Adena hanya mengerjapkan mata beberapa kali.
"Gue tuh masih inget beberapa kata yang lo tulis didiary lo. Yang kaya 'Dear diary, hari ini tuh gue bete banget masa' terus yang 'Dear diary, hari ini Jeason ganteng banget ya ampun'. Hahahahahaa."
"IIIIHHHHHH JEASON BERHENTI!!! GUE TENDANG NIH!!"
***
Suasana gaduh memenuhi UGD di Rumah Sakit Julian -nama rumah sakit yang sekarang menjadi tempat Adena & Jeason bekerja."
"Dokter Arion, ada pasien yang mengalami kecelakaan dan jantungnya terjepit tulang rusuk." Jeason yang kerap dipanggil Dokter Arion -karena nama lengkap Jeason, Jeason Erasmus Arion- sekarang.
"Tolong siapkan ruang operasi, dan hubungi kepala suster untuk menemaniku saat operasi." Ada jeda sedikit untuk Jeason berfikir, "Oh ya, hubungi Dokter Athea juga, aku membutuhkannya untuk melakukan anastesi operasi saat ini."
"Ah ya, dokter."
Jeason menyambar jas dokternya dan berjalan dengan tergesa keruang operasi. Berjalan kearah ruang ganti menggnti kemejanya dengan baju operasi.
Saat mencuci tangannya Jeason bertemu Dokter Athea yang kebetulan juga sedang mencuci tangan, "Dokter bisakan melakukan anastesi pada pasien saya kali ini?" Tanya Jeason dengan formal
Saat mencuci tangannya Jeason bertemu Dokter Athea yang kebetulan juga sedang mencuci tangan, "Dokter bisakan melakukan anastesi pada pasien saya kali ini?" Tanya Jeason dengan formal.
"Jangan terlalu formal Jeason, gue geli ndengerinnya!" Kata Adena dengan setengah berbisik. Ya, sekarang Adena kerap dipanggil dengan sebutan Dokter Athea karena katanya yang boleh memanggilnyya dengan nama Adena hanya keluarga dan teman-teman dekatnya saja -karena nama lengkap Adena, Adena Callysta Athea-
"Adena, sebenernya gue mau ngomong sesuatu disini biar ngga mainstream. Sebenernya gue uda suka, eh ngga deng cinta ma elo dari hari dulu, ngga tau kapan pastinya tapi gue baru sadar saat sehari sebelum kita diwisuda. Je'Taime, Adena Callysta Athea." Kata Jeason menoleh kearah Adena dengan senyum manis yang mengembang.
Adena berhenti sejenak dari kegiatan membasuh tangan. Menatap tajam kearah Jeason yang sedang menggunakan sabun. "Ko elo bilangnya ditempat yang ngga elit sih!"
Tak menghiraukan perkataan Adena segera Jeason menyelesaikan acara mencuci tangannya dan melangkah masuk ke ruang operasi. Akhirnya Adena mengekorinya dan memutuskan masuk ke ruang operasi juga.
- Finish -
An :
ngga pede sih sebenernya mau post ini. tapi berhubung saya dapat tugas, ya terpaksa saya post yang sudah ada di draf saja. please don't be sider ya guys. Thx

with love,
kimkaalifia